Oleh: KH Dr A Bahrul Hikam, Lc MA anggota Komisi Fatwa MUI Tangerang
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللّٰهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، اَلعَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللّٰهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِكْ عَلٰي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَيَسْأَلونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ
Hadirin jamaah Jumat, rahimakumullah…
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas berkat rahmat-Nya, inayah-Nya, karunia-Nya, Allah kumpulkan kita bersama pada hari yang mulia ini, di bulan haramnya, bulan Muharram yang mulia, di tempat rumahnya yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat, mudah-mudahan shalat Jumat kita dan apapun ibadah yang kita lakukan ini diterima Allah SWT dan mudah-mudahan semua ibadah-ibadah itu dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Amiin
Hadhirin jamaah Jumat, rahimakumullah
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah nabi-Nya. Salah satu bentuk sunnah yang diajarkan dan diperintahkan untuk diikuti ialah perintah memuliakan, menyantuni, menyayangi dan merawat anak yatim.
Yatim berasal dari bahasa Arab, artinya anak kecil yang kehilangan ayahnya karena meninggal. Dalam Islam, artinya pun sama dan bahkan dilengkapi dengan batasan umur bagi seseorang yang masuk dalam kategori yatim tersebut.
Anak yatim memiliki posisi yang istimewa dalam Islam. Melalui berbagai firmannya-Nya dalam Alquran, Allah SWT menyuruh hamba-Nya untuk memperhatikan anak yatim dengan sebaik-baiknya. Begitu istimewanya anak yatim, sampai disebutkan sebanyak 23 kali dalam Alquran yaitu 8 dalam bentuk tunggal, 14 dalam bentuk jamak dan 1 dalam bentuk Mutsanna. Misalnya Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 36:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللّٰهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri”.
Dari ayat ini kita lihat bagaimana perhatian Islam yang begitu besar terhadap anak yatim dimana perintah berbuat baik terhadap anak yatim jatuh pada tingkatan ketika sesudah berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada kerabat.
Hadirin jamaah Jumat, rahimakumullah…
Anak yatim merupakan bagian dari golongan yang rentan dan memerlukan perlindungan serta kasih sayang masyarakat. Dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan umat-Nya untuk memberikan perhatian khusus kepada anak yatim. Salah satu ayat yang mencerminkan hal ini adalah dalam Surat Ad-Duha, di mana Allah SWT berfirman:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ، وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
“Maka terhadap anak yatim janganlah engkau (Muhammad) mendesaknya, dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau (Muhammad) menghardiknya.”
Ini menunjukkan bahwa Allah SWT menginginkan perlakuan baik dan penuh kasih sayang terhadap anak yatim. Nabi Muhammad SAW sendiri juga memberikan contoh teladan yang sangat baik dalam memperlakukan anak yatim.
Beliau secara konsisten mendorong umat Islam untuk memberikan perlindungan, kasih sayang, dan dukungan kepada mereka yang kehilangan orang tua. Banyak Hadits-hadits Nabi mengajarkan umatnya untuk memberikan bantuan material dan moral kepada anak yatim.
Bahkan keberadaan anak yatim dalam suatu rumah menjadi keberkahan tersendiri bagi penghuninya. Keberadaannya menjadi salah satu tanda bahwa rumah tersebut merupakan rumah terbaik dibanding dengan rumah-rumah lain yang di dalamnya tidak ada anak yatim. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:
خَيْرُ بَيْتٍ فِى اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُحْسَنُ اِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ فِى اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُسَاءُ اِلَيْهِ . رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهُ
Artinya, “Sebaik-baiknya rumah di kalangan umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruknya rumah di kalangan umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk.” (HR Ibnu Majah).
Tidak hanya berupa anjuran merawat dan menyantuni anak yatim saja, namun Allah SWT juga menjanjikan pahala yang sangat istimewa kepada orang-orang yang merawat anak yatim. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُما شَيْئًا
Artinya, “Aku dan orang yang merawat anak yatim seperti ini dalam surga.” Kemudian nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, seraya sedikit merenggangkannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadirin jamaah Jumat, rahimakumullah…
Anak yatim kehilangan ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga, sehingga perekonomiannya pun terganggu. Oleh karena itu, sebagai orang yang mampu, kita dapat menyantuni anak yatim dengan memberikan pakaian, makanan, atau sebagian harta kita yang lainnya. Karena sesungguhnya kita tidak akan merugi dengan berbagi. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَسَا يَتِيمًا مِنَ المُسْلِمِينَ كَسَاهُ اللّهُ مِنَ الحَرِيرِ الأَخْضَرِ فِي الجَنَّةِ
Artinya: “Barangsiapa yang memberi pakaian kepada seorang anak yatim dari kalangan muslimin, maka Allah akan memberinya pakaian dari sutra hijau di surga.” (HR ath-Thabrani).
Dalam ajaran Islam, pemeliharaan dan pembinaan anak yatim tak terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti harta, namun juga mencakup berbagai hal yang bersifat psikis. Salah satu yang terpenting adalah aspek pendidikan maka termasuk unsur penting dalam memuliakan anak yatim adalah dengan turut membiayai pendidikannya.
Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang harus dipenuhi bagi setiap anak, termasuk anak yatim. Namun sayangnya, banyak anak yatim yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena keterbatasan biaya. Maka, jika kita memiliki rezeki lebih, alangkah baiknya untuk berbagi dengan membiayai pendidikan anak yatim. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَعْطَى يَتِيمًا مَالاً حَتَّى يَسْتَغْنِيَ بِهِ عَنِ النَّاسِ أَدْخَلَهُ اللّهُٰ الجَنَّةَ
Artinya: “Barangsiapa yang memberi seorang anak yatim harta sampai ia dapat mandiri dari orang lain, maka Allah akan memasukkannya ke surga.” (HR Al-Baihaqi).
Hadirin jamaah Jumat, rahimakumullah…
Seringkali kita membaca dan mendengar dalam Alquran dan Sunnah tentang orang-orang yang keras hatinya, biasanya digambarkan orang yang keras hatinya adalah yang jauh dari mengingat Allah SWT misalnya yang Allah SWT gambarkan dalam dalam surat Az zumar
أَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS az-Zumar [39]:22).
Hati yang keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut pertama, bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan suatu kemaksiatan. Kedua, tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Alquran yang dibacakan.
Berbeda dengan kaum mukminin, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat Alquran atau diingatkan akan Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allâh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal.” [QS al-Anfal [8]:2).
Ketiga, tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan Allah Azza wa Jalla . Allah berfirman:
اَوَلَا يَرَوْنَ اَنَّهُمْ يُفْتَنُوْنَ فِيْ كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً اَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوْبُوْنَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُوْنَ
“Dan tidakkah mereka (orang-orang munâfiq) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?.” [QS At-Taubah [9]: 126)
Tanda hati keras yang keempat adalah tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allâh Azza wa Jalla
Hadirin jamaah Jumat, rahimakumullah….
Selain balasan istimewa berupa surga yang berdekatan dengan nabi di akhirat, merawat dan menyantuni anak yatim juga memiliki balasan yang sangat istimewa ketika di dunia, yaitu akan dilunakkan hatinya oleh Allah.
Hal ini sebagaimana diceritakan dalam salah satu riwayat sahabat Abu Hurairah, bahwa suatu saat ia mendengar seorang laki-laki yang mengadu kepada Rasulullah perihal hatinya yang keras, kemudian Nabi SAWmenyuruhnya untuk memberi makan orang miskin dan mengusap kepala anak yatim.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِىِّ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ
Artinya, “Dari Abu Hurairah, bahwa terdapat seorang laki-laki mengadu kepada nabi tentang hatinya yang keras, maka nabi bersabda: Berilah makanan kepada orang miskin, dan usaplah kepala anak yatim.”
Hadirin jamaah Jumat, rahimakumullah…
Pada akhirnya mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa memuliakan anak yatim sebagaimana perintah agama amin allahumma amin
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقَوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
Sumber : https://mui.or.id/baca/khutbah/khutbah-jumat-muharram-dan-memuliakan-anak-yatim